Sejarah Masjid Si Pitung di Marunda: Perpaduan Budaya Betawi, Jawa, China, dan Eropa
JAKARTA, iNews.id - Ibu kota DKI Jakarta memiliki sejumlah situs wisata religi yang tak kalah dengan wilayah lain di Indonesia. Salah satunya Masjid Al Alam Marunda atau yang dikenal dengan nama Masjid Si Pitung.
Letak masjid ini tepat berada di pinggir pantai kawsan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Masjid ini diketahui sering didatangi peziarah dari berbagai daerah.
Rumah ibadah yang dulu bernama Masjid Auliya ini konon merupakan masjid pertama yang dibangun di Jakarta. Masjid ini diprakarsai oleh Fatahilah usai mengusir Portugis dari Sunda Kelapa dan mendirikan Jayakarta yang menjadi cikal bakal Jakarta.
Kalau kata orang tua dulu, masjid ini didirikan hanya dalam waktu semalam, kata pengurus Masjid Al Alam Marunda, Kusnadi dikutip Minggu (20/8/2023).
Dinas Purbakala DKI Jakarta pada tahun 1980 melakukan penelitian dan menemukan Masjid Si Pitung ini diperkirakan dibangun pada 22 Juni 1527. Tanggal ini diyakini sebagai hari jadi Jakarta.
Saat itu Fatahilah bersama pasukannya dari Demak-Cirebon datang untuk mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Dia membangun masjid sebagai tempat ibadah sekaligus konsentrasi pasukan. Fatahilah bersama pasukannya berhasil merebut Sunda Kelapa dan mendirikan Jayakarta.
Perpaduan 4 unsur kebudayaan
Uniknya, arsitektur masjid ini mengandung empat unsur kebudayaan yaitu Jawa, Eropa, China, dan Betawi.
Kalau dilihat dari atas bangunan memiliki gaya joglo itu arsitek Jawa, lalu uwungan agak melungkung dari atas di genting itu, nah itu asal arsitek dari China. Selanjutnya gaya arsitek dari Eropa terdapat dari empat pilarnya atau tiang-tiang dicor yang sangat kokoh. Yang terakhir itu Betawi dilihat dari unsur jendela dan ukirannya, ujarnya.
Masjid ini sengaja dibangun megah dengan gaya campuran karena Marunda saat itu merupakan kota sekaligus pusat perekonomian. Pada masa Hindia Belanda, masjid ini jadi pusat dakwah yang melahirkan para pejuang dan benteng pertahanan pejuang Jakarta.
Kokoh meski dihantam tsunami
Pada tahun 1884, Gunung Krakatau meletus lalu memunculkan tsunami yang menyapu Sunda Kelapa hingga Marunda. Tapi, Masjid Al Alam ini tetap berdiri kokoh meski kawasan di sekitarnya hancur diamuk gelombang pembunuh.
3 Tim Liga 1 Bersaing Ketat Rebut Tiket ke Kompetisi Asia, Dewa United Paling Diunggulkan!
Berdasarkan cerita leluhur, ombak tsunami terbelah saat tiba di Masjid Al Alam sehingga tak merusak bangunannya.
Di kompleks masjid ini juga terdapat makam KH Jamiin bin Abdullah dan sumur dengan air tiga rasa yang sebagian orang percaya bisa menyembuhkan penyakit.