Nitisemito Bapak Kretek Indonesia: Produksi 8 Juta Rokok di Era Kolonial Belanda

Nitisemito Bapak Kretek Indonesia: Produksi 8 Juta Rokok di Era Kolonial Belanda

Berita Utama | IDX Channel | Senin, 6 November 2023 - 07:41
share

IDXChannel Artikel ini akan mengulas tentang Nitisemito, bapak kretek Indonesia. Nitisemito adalah pengusaha kretek besar pada era kolonial Belanda. Bermarkas di Kudus, pabriknya mampu mempekerjakan puluhan ribu karyawan.

Nitisemito dikisahkan buta huruf, sama sekali tidak bisa membaca, namun memiliki insting bisnis yang sangat kuat. Berkat gebrakan-gebrakan strategi pemasarannya, rokok produksinya, Tjap Bal Tiga, bisa laris terjual hingga Jawa Barat dan Jakarta.

Nitisemito adalah salah satu pengusaha kretek besar pada saat itu. Ia bersaing dengan sejumlah pengusaha kretek besarnya, termasuk dengan Oei Wie Gwan (Djarum), Koo Djie Siang (Nojorono), dan MC Wartono (Sukun). Ketiganya masih beroperasi hingga saat ini.

Pada masa kejayaannya, perusahaan Nitisemito bisa membayar pajak hingga 150.000-250.000 gulden. Pabriknya bahkan sudah bisa memproduksi delapan juta batang rokok. Saking terkenalnya Nitisemito saat itu, namanya bahkan sampai ke Ratu Wilhelmina di Belanda.

Bagaimana kisah bisnis kretek Nitisemito saat itu?

Nitisemito Bapak Kretek Indonesia: Marketing Modern dan Jor-joran

Nitisemito terlahir di Kudus pada 1853 dengan nama Roesdi. Ayahnya adalah seorang lurah di Desa Janggalan, Kudus. Ia tidak pernah mengeyam pendidikan formal di sekolah, juga tidak berminat meneruskan trah ayahnya sebagai lurah.

Roesdi lebih tertarik menjadi seorang pengusana. Ia mengubah namanya ketika usianya menginjak 17 tahun. Pada periode yang sama, Nitisemito merantau ke Malang untuk bekerja sebagai buruh jahit, dan di sana ia berhasil menjadi pengusaha konveksi.

Namun karena persaingan bisnis konveksi saat itu sangat ketat, ia memutuskan untuk kembali ke Kudus dan menggeluti bisnis lain, yaitu minyak kelapa dan berdagang kerbau. Kedua bisnis ini gagal, hingga Nitisemito banting setir menjadi pengusaha dokar.

Selain menjadi kusir, ia juga menyewakan dokar dan membuka warung di pangkalan dokarnya. Warungnya itu menjual batik Solo, kopi, dan tembakau. Bisnis kreteknya sendiri dimulai setelah ia menikahi Nasilah pada 1894.

Nasilah memiliki warung tembakau yang kerap disinggahi kusir-kusir seperti Nitisemito. Rokok racikan Nasilah banyak disukai pelanggan, Nitisemito adalah salah satu kusir yang paling sering mampir di warung Nasilah.

Pernikahan dua pengusaha tembakau inilah cikal bakal bisnis kreteknya. Nitisemito mengembangkan bisnis rokok kretek menggunakan hasil racikan tembakau Nasilah, hingga bisnisnya berkembang sangat pesat.

Awalnya, Nitisemito menggunakan nama merek yang aneh untuk produk kreteknya. Pada 1905 barulah ia menggunakan logo berupa tiga bulatan tanpa nama. Dari sini, konsumennya mulai menyebut kreteknya dengan beragam nama, mulai dari Tjap Boelatan Tiga, Tjap Boendar Tiga, dan Tjap Bal Tiga.

Nitisemito memilih nama yang terakhir dan mematenkannya pada 1908. Saat itu, Nitisemito tergolong revolusioner dalam memasarkan kreteknya. Ia sudah berani menyewa pesawat Fokker F-200 untuk menyebarkan brosur.

Ia juga memanfaatkan pemasaran lewat radio, mendirikan klub sepakbola, sandiwara keliling, dan mengikuti pameran-pameran niaga. Ia juga berani memberikan hadiah untuk pelanggan yang membeli Kretek Tjap Bal Tiga.

Mulai dari arloji, jam dinding, gelas, cangkir, bahkan sepeda, moda transportasi yang tergolong mewah saat itu. Hadiah-hadiah itu bahkan ia impor langsung dari Jepang. Nitisemito juga sudah menerapkan sistem pembukuan dengan akuntansi modern.

Bisnis kretek yang dilakoni Nitisemito menjadikannya sebagai salah satu pengusaha pribumi yang sukses dan kaya raya saat itu. Bahkan, Presiden Soekarno dikenal dekat dengan Nitisemito sebelum Indonesia merdeka.

Namun sayang, bisnis kretek Nitisemito mulai redup saat Perang Dunia II dan konflik keluarga. Anak-anaknya tak berminat untuk meneruskan bisnis kretek sang ayah. Ditambah lagi, Jepang datang dan menghambat kegiatan bisnis.

Nitisemito meninggal dunia pada 7 Maret 1953. Peninggalan kejayaan Nitisemito saat ini adalah dua rumah serupa istana kembar di Kudus. Dua rumah itu pernah ditinggali putri-putri Nitisemito.

Itulah kisah inspiratif Nitisemito bapak kretek Indonesia, salah satu pribumi yang sukses menjadi pengusaha kretek pada masa kependudukan Belanda. ( NKK )

Topik Menarik