Harita Nickel dan MBM IPO, Sektor Nikel Bakal Makin Menarik?

Harita Nickel dan MBM IPO, Sektor Nikel Bakal Makin Menarik?

Ekonomi | BuddyKu | Rabu, 5 April 2023 - 00:03
share

IDXChannel Dua pemain nikel, PT Trimegah Bangun Persada atau Harita Nickel (NCKL) dan PT Merdeka Battery Minerals (MBM) akan segera melantai di bursa, yang tentunya menjadi angin segar bagi industri ini.

Menurut sumber Bloomberg, Harita Nickel atau NCKL telah menjual sekitar 8 miliar saham dengan harga masing-masing Rp1.250. Sementara itu, perseroan menawarkan sebanyak 8,1 miliar saham dengan harga Rp1.220 hingga Rp1.250/saham.

Berdasarkan prospektus yang diterbitkan, jumlah saham yang ditawarkan entitas milik Harita Group tersebut dalam IPO sebanyak-banyaknya 12,1 miliar saham atau 18 persen dari total modal ditempatkan dan disetor.

Samuel Sekuritas dalam risetnya bertajuk Here Comes the New Challenger yang dirilis pada 16 Maret 2023 lalu mengatakan, dengan jumlah saham yang beredar dan laba bersih NCKL sebesar Rp4,3 triliun pada 11 bulan 2022, valuasi NCKL berada di kisaran 17,3 kali hingga 17,8 kali.

Adapun, valuasi tersebut dihitung berdasarkan angka price to earnings ratio (PER) dari perusahaan ini.

Rasio ini diperdagangkan pada nilai 2,6 persen hingga 5,1 persen lebih tinggi dari rata-rata industrinya, kata Samuel dalam risetnya.

Rencananya, NCKL akan melakukan pencatatan saham di bursa atau listing pada 12 April 2023 mendatang.

Di sisi lain, anak usaha emiten tambang PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), yakni MBM juga bakal menyusul NCKL listing di bursa pada 18 April 2023 mendatang.

Perusahaan ini bakal melakukan penawaran perdana saham dengan melepas sebanyak 11 miliar saham dengan kisaran harga Rp780 sampai Rp795/saham.

Tercatat, dana IPO dari MBM akan digunakan untuk membayar pinjaman sebesar USD300 juta, investasi, modal kerja, dan pengembangan pabrik High Pressure Acid Extraction (HPAL) berkapasitas 60 ribu ton/tahun.

Potensi Sektor Nikel dan Pendatang Baru Industri Ini

Melantainya kedua perusahaan di atas tak lepas dari besarnya potensi industri nikel di Tanah Air yang merupakan komponen utama dalam pembuatan batu baterai untuk EV.

Mengutip data dari Financial Times , hingga tahun 2022, cadangan nikel di Indonesia mencapai 21 juta ton, setara dengan cadangan nikel di Australia.

Selain dikenal memiliki cadangan nikel yang jumbo, Indonesia juga menjadi produsen komoditas nikel terbesar di dunia.

Sebagaimana disebutkan dalam Financial Times , pada 2022, Indonesia berhasil memproduksi nikel sebanyak 1,6 juta ton, mengungguli negara-negara produsen nikel lainnya yang angka produksi nikelnya pada tahun yang sama kurang dari 0,5 juta ton.

Di samping itu, baik NCKL maupun MBM memiliki potensi yang menarik ditopang oleh kekuatan perusahaan sebagai pemain nikel.

Tercatat, NCKL memiliki tambang dan hilirisasi nikel di Pulau Obi yang menjadi salah satu Proyek Strategi Nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Presiden No. 109 tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Lebih lanjut, pelaksana PSN Kawasan Industri adalah PT Trimegah Bangun Persada bersama tenan atau perusahaan afiliasi yang telah beroperasi, yakni PT Gane Permai Sentosa, PT Halmahera Jaya Feronikel dan PT Megah Surya Pertiwi, termasuk perusahaan partner perusahaan yang lain yakni, PT Halmahera Persada Lygend.

Di samping itu, NCKL mengoperasikan dua tambang bijih nikel dan dua smelter rotary-kilnelectric furnace (RKEF) yang memiliki kapasitas produksi sebesar 25 kilo ton per tahun (ktpa) dan smelter HPAL berkapasitas 37 ktpa.

Dalam riset Samuel Sekuritas yang telah disinggung di atas, NCKL bakal menargetkan untuk meningkatkan kapasitas produksi Ferro Nickelnya, yakni menjadi 219 ktpa.

Sementara, untuk proyek RKEF dari emiten ini akan ditingkatkan kapasitasnya menjadi 9 ktpa dan 185 ktpa yang akan berproduksi masing-masing pada kuartal II-2023 dan kuartal II-2025.

Sedangkan, untuk proyek HPALnya, NCKL akan melakukan tiga tahap pembangunan. Pada tahap pertama, proyek berkapasitas 37 ktpa tersebut sudah selesai dibangun dan telah beroperasi dengan kapasitas penuh.

Sementara, pada tahap kedua dengan total kapasitas 18 ktpa akan berproduksi pada kuartal I-2023. Adapun, untuk tahap ketiga, NCKL akan mendapatkan angka produksi tambahan sebesar 65 ktpa dari dua anak usahanya yang akan meningkatkan kapasitas HPAL NCKL menjadi 120 ktpa.

Di sisi lain, MBM juga memiliki potensi tak kalah menarik dari NCKL. Melansir riset CLSA bertajuk Merdeka Copper Gold (MDKA): Midas Touch yang dirilis pada 13 Januari 2023, MBM memiliki 51 persen cadangan nikel sebesar 189m/1,1 miliar dmt.

Sementara, perusahaan ini juga memiliki kapasitas produksi Nickel Pig Iron (NPI) sebesar 38 ktpa.

Sedangkan, , perusahaan ini akan memulai penambangan bijih limonit pada semester II-2023 dengan target produksi sebesar 6 juta hingga 8 juta wet metrik ton (wmt) per tahun.

CLSA turut menyebutkan, pada akhir 2023, MBM akan menambah kapasitas NPI hingga 50kt dan membangun pabrik peleburan sebagai konverter NPI ke nikel matte.

Pada 2024, kami berharap dengan potensi-potensi tersebut MBM dapat berkontribusi sebesar 50 persen hingga 70 persen terhadap pendapatan dan laba kotor MDKA, tulis riset CLSA.

Di samping itu, dalam riset CLSA lainnya yang diterbitkan pada 23 Februari 2023 dengan judul Merdeka Copper Gold (MDKA): Emerging as a Major Player disebutkan, potensi sumber daya nikel MBM di satu lokasi yang terintegrasi dengan infrastruktur Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) memungkinkan emiten ini menjadi pusat nikel kelas satu di Indonesia.

Sebagai informasi, IMIP merupakan kawasan industri berbasis pengolahan nikel yang produk utamanya berupa nikel, stainless steel dan carbon steel yang terletak di Morowali, Sulawesi Tengah.

Periset : Melati Kristina

(ADF)

Topik Menarik