Apa Arti Banting Semangka dalam Tradisi Tionghoa? Berikut Penjelasannya
JAKARTA, celebrities.id - Apa arti banting semangka menjadi pertanyaan yang pertama kali muncul ketika melihat atau menonton rangkaian upacara dalam tradisi kebudayaan orang Tiongkok di Indonesia.
Bagi kamu ataupun sanak saudara yang menganut agama Konghucu, tradisi ini akan diikuti beberapa upacara lainnya sebelum jenazah benar-benar dikuburkan atau dikremasi.
Kamu juga akan melihat suasana ruangan tempat jenazah yang penuh dengan berbagai macam perlengkapan upacara pemakaman jenazah.
Di atas altar juga terdapat lilin putih dan hio atau dupa yang terus menyala. Sebenarnya, tradisi banting semangka diangkat dari kisah legenda tentang Kaisar Li Shi Min dari Dinasti Tang yang pernah mengalami mati suri.
Dikisahkan roh kaisar tersebut ditarik ke neraka dan dijemput oleh malaikat Juikak (penjaga neraka) yang berteman dekat dengan perdana menteri kaisar bernama Gui Tin. Malaikat Juikak lalu berpikir mengembalikan kaisar ke dunia sebab menurutnya terlalu cepat kaisar masuk ke neraka padahal beliau baru menjabat beberapa tahun di dunia.
Dilansir dari berbagai sumber, celebrities.id, Jumat (1/7/2022) telah merangkum apa arti banting semangka, sebagai berikut.
Apa Arti Banting Semangka?
Membanting semangka merupakan sebuah tradisi yang hingga kini masih dilaksanakan orang-orang Tionghoa penganut Konghucu di Indonesia.
Kegiatan membanting semangka bukan sembarang melakukan bantingan buah, tradisi ini merupakan serangkaian acara pengantaran pemakaman seorang jenazah yang diiringi dengan membanting buah semangka hingga pecah sempurna saat jenazah hendak diberangkatkan dari rumah, baik melalui kendaraan ataupun dengan berjalan kaki iring-iringan.
Kebiasaan orang Tiongkok dan keturunannya membanting buah semangka saat jenazah akan diberangkatkan dari rumah diangkat dari kisah "Kaisar Li Shih Min yang berjalan-jalan di neraka". Dalam kisah tersebut, kaisar Li Shih Min sempat mengalami sebuah kematian, namun karena penjaga akhirat merasa simpatik dengannya, maka kaisar diceritakan hidup kembali.
Saat kaisar akan dikembalikan ke dunia lagi, kaisar lalu bertanya pada pengawal raja di akhirat, "Adakah sesuatu yang masih dibutuhkan di daerah ini?" Pengawal raja kemudian menjawab bahwa "yang tidak ada di akhirat ini adalah buah semangka", maka dari itu kaisar berjanji akan menghadiahkan buah semangka jika dirinya kembali ke dunia nanti.
Perjalanan Kaisar Li Shih Min Tiba di Dunia Kembali
Melansir dari Jurnal Ilmiah Nafisd Volume XV (2008) bertajuk "Upacara Jib Bok, Mai Song, sang cong, dan Jib Gong Dalam Agama Konghucu" oleh Darno, menerangkan bahwa saat tiba di dunia kaisar segera mencari orang yang bersedia untuk mati dan sekaligus menitipkan buah semangka tersebut kepadanya.
Menariknya, ada orang yang bersedia untuk mati dan buah semangka dititipkan kepadanya. Namun, menurut sekumpulan orang "Tionghoa Hwe Kaan", tradisi membanting buah semangka ketika jenazah akan diberangkatkan ke kuburan tidak perlu dilakukan, sebab Konghucu atau Konfusius tidak menjelaskan apa-apa tentang hal ini.
Secara umum, Konghucu tidak membenarkan tradisi seperti ini, namun hikayat Li Shih Min (Lie Sie Bin) dapat memberikan pengaruh pada pola pikir orang Tiongkok dan keturunannya di Indonesia, sehingga tradisi membanting buah semangka ini masih kerap dijumpai dalam upacara-upacara kematian orang keturunan Tiongkok.
Beberapa orang percaya bahwa membanting buah semangka dapat memberikan sebuah harapan supaya perjalanan orang yang meninggal dunia tersebut tidak mengalami kesusahan ketika menuju ke tempat pemakaman abadinya.