Kenapa Kematian Yesus Disebut Jumat Agung?
JUMAT Agung adalah hari di mana umat Kristiani memperingati Penyaliban Yesus Kristus setiap tahun. Sejak awal Kekristenan, Jumat Agung diamati sebagai hari kesedihan, penebusan dosa, dan puasa, sebuah karakteristik yang terungkap dalam kata Jerman Karfreitag (Jumat Dukacita).
Bagi umat Kristiani, Jumat Agung adalah hari penting dalam setahun karena merayakan apa yang diyakini sebagai akhir pekan paling penting dalam sejarah dunia. Sejak Yesus mati dan dibangkitkan, orang Kristen telah memproklamasikan salib dan kebangkitan Yesus sebagai titik balik yang menentukan bagi semua ciptaan.
Paulus menganggap yang terpenting bahwa Yesus mati untuk dosa-dosa kita, dikuburkan, dan dibangkitkan pada hari ketiga, mengikuti janji Allah dalam Kitab Suci (1 Korintus 15:3).
Namun, mengapa menyebut hari kematian Yesus sebagai "Jumat Agung" bukannya "Jumat Buruk" atau yang serupa? Beberapa tradisi Kristen mengambil pendekatan ini: dalam bahasa Jerman, misalnya, hari itu disebut Karfreitag, atau Jumat yang Penuh Duka.
Dalam bahasa Inggris, asal usul istilah "Good Friday" masih diperdebatkan: beberapa orang percaya bahwa istilah ini dikembangkan dari nama lama, "God\'s Friday". Terlepas dari asal usulnya, nama Jumat Agung sepenuhnya tepat karena penderitaan dan kematian Yesus, yang mengerikan, menandai puncak dramatis dari rencana Allah untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.
"Agar kabar baik Injil memiliki arti bagi kita, pertama-tama kita harus memahami kabar buruk tentang kondisi kita sebagai orang berdosa yang berada di bawah penghukuman. Kabar baik pembebasan hanya masuk akal setelah kita melihat bagaimana kita diperbudak," demikian seperti dilansir dari situs christianity.
Cara lain untuk mengatakan ini adalah penting untuk memahami dan membedakan antara hukum dan Injil dalam Kitab Suci. Pertama-tama kita membutuhkan hukum untuk menunjukkan kepada kita betapa putus asanya kondisi kita; kemudian, Injil kasih karunia Yesus memberi kita kelegaan dan keselamatan.
Dengan cara yang sama, Jumat Agung adalah baik karena seburuk apa pun hari itu, itu harus terjadi agar kita bisa menerima sukacita Paskah. Murka Allah terhadap dosa harus dicurahkan kepada Yesus, korban pengganti yang sempurna, agar pengampunan dan keselamatan dicurahkan kepada bangsa-bangsa.
Tanpa hari penderitaan yang mengerikan, dukacita, dan darah yang tertumpah di kayu salib, Allah tidak mungkin adil dan membenarkan mereka yang percaya kepada Yesus. Paradoksnya, hari yang tampaknya merupakan kemurungan terbesar dalam sejarah, sebenarnya adalah pukulan maut dari kebaikan Allah untuk menebus dunia dari dosa.