5 Kasus Serangan Hacker di Indonesia, Salah Satunya Situs KPU Diretas

5 Kasus Serangan Hacker di Indonesia, Salah Satunya Situs KPU Diretas

Terkini | inews | Kamis, 27 Juni 2024 - 09:59
share

JAKARTA, iNews.id - Kasus serangan hacker di Indonesia pernah terjadi beberapa tahun terakhir. Kemajuan teknologi dan informasi mungkin jadi sebuah keuntungan bagi manusia.

Setiap orang bisa mengakses segala informasi hanya bermodalkan HP dan internet. Tak hanya itu, teknologi juga membuat suatu perusahaan komersial bisa mendapatkan banyak keuntungan.

Namun, apa jadinya jika teknologi tersebut justru merugikan banyak orang? Contohnya saja beberapa kasus cyber crime yang sempat mengguncang Tanah Air yang dilakukan oleh hacker.

Lantas, apa saja kasus serangan hacker di Indonesia? Penasaran? Berikut iNews.id akan berikan informasinya dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (27/6/2024).

Kasus Serangan Hacker di Indonesia

1. Situs KPU Diretas (2004)

Tahun 2004 merupakan pertama kalinya Indonesia menyelenggarakan pemilu secara langsung.

Di momen itu, KPU (Komisi Pemilihan Umum) selaku pelaksana Pemilu 2024 meluncurkan situs yang memakan dana senilai Rp152 miliar dan mengklaim tidak bisa diretas.

Namun, kepercayaan diri KPU tersebut jadi tantangan bagi seorang hacker bernama Xnuxer. Hacker yang memiliki nama asli Dani Firmansyah itu membobol situs KPU dengan melakukan XXS (Cross Site Scripting).

Percobaan pertamanya itu gagal. Xnuxer pun coba untuk meretas situs KPU dengan cara spoofing atau mengalihkan IP situs. Pada akhirnya ia dapat mengambil alih situs dan juga melakukan injeksi SQL.

Setelah itu, Xnuxer memodifikasi situs dan mengubah beberapa informasi. Sebagai contoh, mengubah nama-nama partai menjadi Partai Si Yoyo, Partai Web Pertama, Partai Kolor Ijo, dan lain sebagainya.

Tak cukup sampai disitu, Xnuxer juga sempat mencoba mengubah hasil voting. Namun, aksinya itu harus berakhir kegagalan.


2. Perang hacker antara Indonesia dengan Australia (2013)

Di tahun 2013, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan perang. Bukan dengan adu senjata, perang ini melibatkan hacker Indonesia versus Australia.

Awal mulanya, mantan perwira intelijen Amerika Serikat, Edward Snowden mengatakan jika dirinya berhasil menyadap obrolan yang dilakukan oleh Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono.

Pernyataan itu membuat para hacker Indonesia meradang. Mereka pun menyerang website pemerintahan Australia dan menyebarkan gerakan #StopSpyingIndonesia.

Hacker Indonesia pun membanjiri server pemerintahan Australia dengan permintaan palsu. Alhasil, aksi itu membuat situs tidak dapat diakses. Web polisi Federal negara tersebut pun jadi salah satu korbannya.

Tak cukup sampai disitu, hacker Indonesia juga meretas situs sipil Australia secara acak. Serangan itu membuat beberapa situs belanja menampilkan peringatan dari Indonesia.

Tak tinggal diam, tentara siber Australia pun membalas. Mereka membalas dengan menghapus banyak situs pemerintah maupun populer di Indonesia. Seperti KPK, PLN, Garuda Indonesia, Polri, Tempo dan lain-lain.


3. Situs Telkomsel Menampilkan Kata-kata Kasar (2017)

Empat tahun berselang atau tepatnya pada 2017, situs provider Telkomsel tak luput dari serangan hacker. Sang hacker mengubah tampilan dan warna situs.

Aksi hacker itu membuat situs Telkomsel tidak dapat diakses alias lumpuh. Ditengarai, aksi tersebut bermula dari adanya seseorang yang menentang tingginya pajak dari provider tersebut.

Adapun, menurut pakar keamanan siber, Alfons Tanujaya, menyebut kemungkinan terdapat lubang keamanan di sistem penyimpanan atau peretas mengetahui nama pengguna dan kata sandi web hosting (brute force).


4. Tiket.com dan Citilink Diserang Hacker (2016)

Mundur setahun dari kasus sebelumnya, situs Tiket.com dan Citilink ternyata juga sempat jadi sasaran cyber crime. Kejadian bermula saat pihak Tiket.com melaporkan adanya pencurian situs webnya pada November 2016.

Aksi dari hacker itu membuat Tiket.com merugi Rp4,1 miliar. Sedangkan, Citilink Rp2 miliar. Tingkat keamanan yang belum canggih saat itu ditengarai jadi sebab dua situs perusahaan tersebut mudah untuk diretas oleh hacker.

5. Situs DPR Berubah Nama (2020)

Masyarakat Indonesia sempat digemparkan dengan adanya peretasan situs DPR RI (Dewan Perwakilan Rakyat) pada tahun 2020 silam.

Mulanya, situs tersebut tidak dapat diakses. Sekretaris Jenderal DPR RI saat itu, Indra Iskandar menyebut jika situs DPR tidak bisa diakses karena adanya lalu lintas padat.

Setelah ditelusuri, situs tersebut tidak bisa diakses karena adanya serangan DDoS. Tak cukup sampai disitu, hacker pun juga mengganti kata Dewan Perwakilan Rakyat jadi Dewan Pengkhianat Rakyat.

Demikian ulasan mengenai kasus serangan hacker di Indonesia. Semoga bermanfaat!

Topik Menarik