Review 'Kajiman: Iblis Terkejam Penagih Janji', Ceritanya Asyik dan Lebih ke Misteri

Sepertinya sedikit asing mendengar kata \' Kajiman \'. Lantaran sosok makhluk halus yang berkaitan dengan ritual tersebut kurang familiar dan masih minim literasinya.

Namun, pihak produser film Perlita Desiani dan sutradara Adriyanto Dewo yang dikenal dengan film-film drama tersebut tetap menggarap film tersebut. Bahkan mereka menyajikan nuansa yang berbeda dari film Kajiman: Iblis Terkejam Penagih Janji\'.

Film ini sendiri menampilkan beberapa nama. Seperti Aghniny Haque, Jourdy Pranata, Tyo Pakusadewo, Sekar Sari, Mian Tiara, Rukman Rosandi, dan Ully Triani. Film ini telah tayang di bioskop baru-baru ini.

Sinopsis Kajiman: Iblis Terkejam Penagih Janji

Film ini bercerita tentang seorang perawat yang diminta menjaga seorang pria tua sakit-sakitan di rumah besarnya. Asha (Aghniny Haque) yang mendapat tugas itu sebenarnya baru saja kehilangan ibunya lantaran didera sakit.

Sebenarnya, Asha sendiri masih belum bisa move on dari peristiwa kehilangan dan duka tersebut. Sosok masih sangat rapuh dan sulit bangkit dari keterpurukan. Namun ia tetap mengerjakan permintaan untuk merawat pria tua tersebut.

Anehnya, ia kerap mendapat teror seperti mendengar bisikan suara mendiang ibunya saat sedang merawat pria itu di rumahnya. Asha yang ketakutan meminta bantuan temannya, Rama (Jourdy Pranata).

Sampai di suatu titik, keduanya malah terjebak ritual sesat pengikut Kajiman. Kajiman adalah iblis yang disembah untuk pesugihan.

Biasanya pesugihan dilakukan dengan cara merapal mantra dalam bahasa Jawa. Menurut cerita, hanya weton istimewa yang bisa mengalahkan kekuatan Kajiman.

Nah, bagaimana nasib Asha dan Rama untuk keluar dari sosok dan ritual tersebut?

Film horor Indonesia dengan storytelling dan penulisan yang baik.

Meski awalnya sedikit pesimis mengingat nama hantunya kurang terkenal dan menggunakan tema ritual pesugihan, namun film ini memberikan sedikit penyegaran di antara horo-horo lainnya. Salah satunya dengan penulisan dan storytelling yang niat.

Sepertinya penulis skrip dan sutradara mengerti bagaimana membawa cerita hantu yang kurang familiar ini bisa dinikmati. Mulai dari premis sederhana, karakter yang punya latar duka, hingga motivasi yang dihadirkan para karakter.

Karakter Asha pun paling mencuri perhatian lantaran bagaimana dirinya yang rapuh setelah sepeninggal ibunya mudah dipengaruhi dan rentan dirasuki. Hal ini membuat ceritanya terasa natural dan tidak dibuat-buat.

Minim jumpscare, alur yang slowburn.

Kedua hal ini bisa menjadi positif maupun negatif, tergantung perspektif penonton. Buat yang nyari nuansa ingin selalu dikagetkan, jangan harapkan sederet jumpscare muncul di film ini. Selain ceritanya dibuat secara lambat, gaya tuturnya lebih banyak menampilkan misteri . Alih-alih membuat orang takut, film ini membuat penontonnya penasaran.

Penampakan hantu pun dibuat kelam dan tidak terlalu dipaksakan untuk membuat penonton melompat. Kemunculan Kajiman yang bernuansa kelam itu terkesan misterius. Kendati terkejut, mungkin penonton lebih merasa merinding suspense saat sosoknya melintas. Hal ini juga yang membuat film ini lebih terasa misteri dengan supranatural ketimbang horor.

Sehingga di akhir cerita, film ini membuat world builidin g dan keteguhan cerita menjadi sebuah puzzle yang akhirnya tersusun rapi. Kita jadi mempertanyakan mana tokoh yang jahat atau siapa yang jahat.

Rating: 7/10

Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let\'s join Z Creators dengan klik di sini .